1. Tercampurnya Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa
Pada era sekarang ini banyak orang yang sedang hobi untuk mengkombinasikan bahasa Indonesia mereka dengan bahasa lain, atau sering disebut dengan pencampuran bahasa, terutama dengan bahasa Inggris, seperti kata-kata : sorry banget ya!, atau oke lu tunggu gue!, snack lu mana?, so what gitu lhoh, sampai ketemu later ya!, aku mau go to home ya?. Dalam argument, dalam bincang-bincang santai, dalam televisi, bahasa Indonesia tipe ini selalu keluar. Mengapa bisa begitu? Sebetulnya hal ini sudah terjadi sejak dulu, namun fenomena krisis tersebut baru meledak hari ini. Sewaktu Soekarno berdebat dengan salah satu aktifis feminis, dia menggunakan bahasa Indonesia, dan menimbulkan banyak kesalahan bahasa. Bahasa Inggris, dan bahasa Jawa sudah campur aduk sehingga membuat orang-orang yang ada disekitarnya jadi bingung.
Banyaknya orang yang belum fasih menggunakan bahasa Indonesia malah jadi mengoplos bahasa Indonesia dengan bahasa tempatnya sendiri sehingga menimbulkan kesalahan bahasa. Banyak kasus terjadi oleh para pendatang dari jawa ke Jakarta yang menggunakan bahasa campuran tersebut dikarenakan belum lancarnya berbahasa Indonesia yang benar.
Ini desebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakah dalam mencintai bahasanya sendiri dan lebih mementingkan bahasa daerahnya sendiri, padahal bahasa Indonesia adalah bahasa penyatu di Negara Rupublik Indonesia ini, karena banyaknya suku, ras, dan bahasa yang berbeda-beda tersebar diseluruh wilayah Indonesia menyebabkan bahasa Indonesia kurang dipedulikan di wilayah-wilayah pelosok seperti Papua, Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, bahkan Jawa sekalipun melakukan hal yang sama. Bahkan yang lebih parahnya lagi orang-orang di daerah Ibu kota malah menggunakan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, belanda, cina, dan jepang.
Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi untuk berbahasa Indonesia secara baik dan benar kepada masyarakat, sehingga mereka menganggap bahasa Indonesia yang sudah mereka gunakan adalah bahasa yang tepat, padahal jika dilihat dari kaidah bahasa Indonesia, bahasa mereka masih tergolong bahasa campuran yang tidak sesuai dengan kaidah yang benar.
2. Masyarakat Mayoritas Pengguna Bahasa Campuran
Banyak kesalahan kaidah sudah sering dibahas oleh para pakar bahasa di Indonesia. Kesalahan logika tampak pada pola pikir masyarakat didaerah kota seperti: Jakarta, Semarang, Surabaya, Jogja, Bali, dan Bandung. Kesalahan budaya terlihat pada penggunaan kata-kata asing seperti oke, sory, point, complain, no comment, coffee morning, dan yang lain. Begitu pula dengan pencampuran bahasa jawa mereka, Pola-pola seperti itu merupakan kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan kaidah.
Ada sebagian masyarakat pengguna bahasa Indonesia yang meremehkan bahasa Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan bahasa Indoensia acuh tak acuh. Mereka menilai:
1. Pelaksanaan pembinaan bahasa Indonesia kurang menarik.
2. Hasilnya kurang nyata,
3. Bahasa Indonesia dianggap mudah.
Karena dianggap mudah, orang Indonesia tidak perlu mempelajari bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi masalah, karena sikap negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok cendekia atau terpelajar. Mereka itu sebagian adalah pelaku utama dan pemegang peranan penting dalam roda otonomi daerah Jika orang awam bersikap negatif terhadap bahasa Indonesia, itu dapat dipahami. Tetapi, jika orang terpelajar bersikap seperti orang awam itu, tampaknya tidak berterima. Masalahnya, orang awam berbeda dengan orang terpelajar.
Dalam daerah yang sudah terpencil bahkan banyak yang menganggap tanpa bahasa Indonesia mereka masih bisa hidup, padahal kunci mengikuti globalisasi dan perkembangan jaman yang pertama adalah masalah bahasa pemersatu dalam suatu negara ini. Jika ia masih terpuruk dalam daerahnya saja maka dia tak bisa berkembang, karena seseorang harus mengetahui banyak hal diluar sana, dan jika tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia maka mustahil bisa mempelajari bahasa asing lainya.
3. Pencampuran Bahasa Indonesia dengan Bahasa Jawa.
Dalam kasus lain, penggunaan bahasa campuran amatlah mudah ditemui dalam percakapan/perbincangan di kelompok-kelompok masyarakat, misal bahasa campuran Indonesia-Jawa. Sering pula tidak sesuai dengan pakem-pakem kebahasaan, atau dikenal dengan bahasa slang (slang language). Dikatakan menggunakan bahasa Indonesia, tapi tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, namun juga tidak bisa disebut menggunakan bahasa Jawa.
Ketika berkuliah di Salatiga beberapa tahun yang lalu, sangat sering terdengar ditelinga kata-kata “damana”, “ndek mana”, “ndak isa” dan banyak contoh-contoh lainnya. Sudah sangat popular bagi yang sering menggunakannya, namun untuk yang jarang menggunakan akan terasa sangat asing. Sebagaimana contoh-contoh di atas, penggunaan bahasa campuran dalam komunitas sudah begitu meluas dan digunakan oleh sebagian besar masyarakat.
Pelakunya rata-rata adalah orang-orang yang tinggal di daerah yang menggunakan bahasa Jawa tetapi dia mencoba menyesuaikan dilingkungan kota dengan bahasa Indonesia. Namun bukannya berbahasa secara baik dan benar tetapi malah menciptakan kata-kata baru yang aner tapi keren didengar, sehingga ini meracuni pikiran orang lain untuk meniru bahasa tersebut, padalah itu bahasa yang merusak kaidah bahasa Indonesia. Jika sudah begini maka yang salah akan menjadi benar dimata mereka, dan yang benar hanya akan menjadi angin lalu yang tak penting lagi.
Masyarakat yang menggunakan bahasa jawa harusnya lebih mendapat pengarahan dalam kasus ini, terutama pada anak-anak yang mungkin belum teracuni oleh kata-kata tersebut, karena penanaman berbahasa sejak dini itu sangatlah penting untuk dilakukan, agar bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa tidak makin tercampur saja.
4. Pencampuran Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Ingris!
Kesalahan berbahasa Indonesia yang teroplos dengan bahasa Inggris bisa terlihat pada penggunaan kata asing seperti oke, sorry, snack, point, complain, no comment, coffee morning, dan yang lain. Kata-kata tersebut seolah sudah menjadi bahasa Indonesia saja, padahal masing-masing kata sudah mempunyai bahasa Indonesianya sendiri, seperti kata “sory” yang berarti “maaf” dan “snack” yang berarti “kudapan” atau “makanan ringan”. Mungkin kata-kata itu digunakan agar nampak lebih keren saja, atau lebih sering dikenal dengan bahasa gaul. Penggunanya rata-rata adalah anak muda didaerah perkotaan sampai daerah menengah, bahkan sekarang tua muda juga menggunakan kata-kata tersebut. Jika sudah terlanjur menggunakan maka akan sulit untuk dihentikan, karena bahasa adalah kebiasaan berbicara yang tidak bisa direncanakan terlebih dahulu, untuk menghilangkannya bisa dengan cara sedikit demi sedikit menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang tepat, karena bagaimanapun bahasa Indonesia dan bahasa Inggris itu berbeda dan berdiri sendiri-sendiri, jika kita mencampurkannya kedalam bahasa kita maka mau ditaruh dimana harga diri bangsa Indonesia dimata Negara Barat yang menggunakan bahasa Indonesia, karena mereka tak mungkin mencampurkan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
5. Pengaruh Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia dan pada Anak Indonesia.
Zaman sekarang merupakan era Globalisasi dimana merupakan suatu istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di dunia melalui perdagangan, investasi, budaya populer, serta bentuk-bentuk interaksi yang dilakukan antar Negara.
Sehingga jika sumber dayanya hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masuk dalam global competition. apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan bantuan dan kontribusi dari negara lain khususnya negara maju.
Hanya dengan bahasa setiap individu setidaknya bisa menggunakan bahasa asing atau bahasa internasional untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain. Banyak sekali bahasa yang bisa kita pelajari agar dapat berinteraksi antar manusia di negara lain.
Contohnya yang paling utama dengan menggunakan bahasa Inggris, yang digunakan sebagai bahasa Internasional. Selain bahasa Inggris ada juga bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua Internasional setelah bahasa Inggris. Kemudian ada lagi bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jerman, Prancis, Jepang, spanyol, dll.
Tetapi paling banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa semua belajar bahasa Inggris. Banyak sekali pengaruhnya menggunakan bahasa Inggris, terutama terhadap bahasa Indonesia dan juga bagi bangsa Indonesia. Pengaruhnya terhadap anak akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Saya akan membahas dampak-dampaknya sebagai berikut.
a. Dampak positifnya bagi perkembangan anak adalah :
Adanya kemajuan pada bidang pendidikan di Indonesia mulai dari Taman Bermain sampai dengan Universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang bahasa asing terutama bahasa Inggris. ini dilakukan agar sumber daya manusia indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia.
Anak dapat berkomunikasi dengan Warga Negara Asing.
Memperbanyak kosa kata sang anak dan anak mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak.
Pembelajaran bahasa Asing memang sangat tepat pada usia dini agar bila dewasa nanti tidak kesulitan belajar dari awal.
Sangat penting bagi anak untuk menunjang masa depan sang anak.
b. Dampak negatifnya bagi perkembangan anak adalah :
Adanya cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk antara bahasa Indonesia dikombinasikan dengan bahasa Asing. Anak – anak merasa lebih percaya diri dan gaul. Contohnya : “I’m sorry, aku tidak sengaja!”.
Perkembangan anak tidak lagi memperdulikan keabsahan bahasa Indonesia.
Mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semakin membuat eksistensi bahasa Indonesia semakin terpinggirkan dalam fungsinya sebagai bahasa Nasional. Anak-anak memiliki ganguan dan tidak nyaman sehingga dengan bahasa Asing akan merasa lebih ‘keren’.
Dengan memperhatikan aspek psikologis, mental, dan nasionalisme anak setelah anak-anak mendapat dan menguasai bahasa asing, ia akan menggunakan bahasa asing dengan mengesampingkan bahasa sendiri. Atau membuat campuran bahasa sendiri dangan bahasa Asing.
Anak-anak mulai mengentengkan atau menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia.
Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan bahasa Indonesia. Padahal bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa.
Lama kelamaan anak tidak akan mengatahui bagaimana mengutarakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Itulah contoh dampak positif dan negatif dari perkembangan anak terhadap bahasa Asing. Maka dari itu kita harus bisa menjaga keutuhan bahasa Nasional untuk melestarikan bahasa Indonesia agar tidak dilupakan oleh adanya bahasa Asing yang sudah masuk kedalam bangsa ini.
Namun demikian kita harus bisa mencegah supaya bahasa asing tidak terlalu jauh masuk ke Indonesia supaya bangsa Indonesia tidak lupa akan bahasa Indonesia. Perlu pengembangan program yang mapan dan berkesinambungan untuk menciptakan suatau program yang memang efektif untuk diterapkan di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia.
Guru sebagai pendidik dan pengajar juga harus tetap menanamkan pengertian tentang pentingnya bahasa sendiri di atas bahasa asing agar tetap menjaga kebanggaan pada tanah air sendiri. Sedangkan anak sebagai pebelajar harus menyadari juga bahwa bahasa asing tidak lantas membuat mereka melupakan budaya sendiri. Siswa di tengah arus globalisasi harus tetap menjaga sikap nasionalisme agar tidak terombang-ambing dan tetap memiliki jati diri sebagai bangsa Indonesia.
PENUTUP
SIMPULAN
Dalam kaidah aturan berbahasa jangan sampai ditinggalkan. Masing-masing bahasa, entah bahasa Inggirs, Indonesia, Jawa dan bahasa-bahasa yang lain, memiliki aturan-aturan tertentu yang juga telah disepakati. Yang perlu diperhatikan adalah situasi dan kondisi penggunaan bahasa tersebut. Apabila di dalam suatu forum resmi (seminar misalnya), tentu bahasa campuran bin gado-gado, tidak pas digunakan. Bila dalam pergaulan yang rileks dan kehidupan sehari-hari yang santai, berbahasa campuran adalah sah-sah saja bahkan tidak dilarang. Lebih lagi, penggunaannya tidak dapat terbendung, sehingga diambil sebuah kesimpulan “satu bahasa, bahasa campuran“.
SARAN
Dalam mewujudkan kesadaran berbahasa Indonesia dengan benar dibutuhkan penanaman sejak dini dari usia muda yang masih belum mengenal bahasa gaul dan campuran bahasa yang lainnya, dan untuk daerah yang di pelosok dan terpencil mungkin bisa dilakukan sosialisasi guna mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional ini benar-benar dikuasai oleh warga negaranya dengan baik dan benar sebagai langkah untuk mengikuti perkembangan jaman.
Read more...
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)