PUISI TERAKHIR
Kemanakah akan pergi untuk berlindung dari cinta?
Saat fatamorgana datang aku bingung harus berbuat apa….
Haruskah kususuri jalan setapak yang tak terlihat itu?
Tapi Disana gelap dan berliku…!!
Mungkin dibaliknya Sang cinta menanti….
Apakah cinta palsu?
Ataukah cinta yang nyata?
Sudah lelah kuberdiri menghadap tembok yang kusam dan penuh darah…
Menunggu api yang tak kunjung padam..
Kemanakah arah senja itu?
Tolong tarik aku untuk berdiri karena kakiku sakit...
Terantuk batu palsu pada malam itu….
Pada jam tua kubertanya…
Siapakah aku sekarang ini????
Dimana mata itu sekarang??
Dan Kemana sekarang kehampaan itu??
Apakah Cuma boneka palsu yang hadir untuk membebaniku….??
Ini kuberi kayu untuk membuat boneka palsu lagi…….
Supaya aku bisa menatap mata itu lagi…
Kepada langit tua ku titipkan pesan….
Supaya jangan ada yang menodai cinta lagi…..!!
Puisi terakhir di goresan nisan cinta yang terakhir……..!!
SAYANGILAH CINTAMU, DAN ORANG DI SEKITARMU, KARENA DENGAN ITU KAMU SUDAH MENGASIHI TUHAN….!!
BY : THOMAS (BHS & SASTRA INDONESIA)
Read more...
Minggu, 31 Januari 2010
CERITA BERSAMBUNG "Terang Bulan" By ; Wija PKKMK
CERITA BERSAMBUNG…………
TERANG BULAN
Aku menatap langit malam ini. Dari tempatku, di pekarangan itu, aku menyaksikan langit memekar seolah kosong dengan warna yang buram. Malam telah larut, tapi bulan redup dan berwarna kusam. Disisi selatan tampak awan menggumpal bergerak lambat menutup langit, dan dari celah antara langit dan lekuk awan tampak cahaya samar seolah melapisi langit dengan bayangan muram.
Aku mengejap-ngejapkan mata, dan tiba-tiba saja mataku perih akibat terpaan angin. Pada malam menjelang musim hujan, seperti malam ini, cuaca memang cepat menjadi gelap. Anginnya bertiup lebih keras, dan dingin menyengat membuat suasana cepat berubah senyap. Sebetulnya cuaca malam ini tak berbeda dengan malam sebelumnya, tetapi entah mengapa saat ini aku merasakan hubungan yang senyap antara hatiku dan cuaca ini.
Perlahan aku memalingkan kepala,dari tempatku aku merasakan desir angin dan suara daun atau mungkin ranting menggesek udara. Aku juga merasakan gerisik semak yang renggang dan merapat, atau sesekali rerumputan mengombak. Aku juga mendengar ricik air dari kolam disampingku, dan dalam remang aku melihat jalan setapak yang senyap yang lenyap dalam gelap. Jalan setapak itu diapit semak-semak setinggi bahuku. Agak ke kiri tampak bukit dengan lekuk pepohonan yang menghitam. Lalu, dari arah rumahku, empat cahaya mengintip lewat tirai jendela, dan dalam kabut cahaya itu tampak suram.
Aku menarik napas panjang. Mataku lalu terpejam, mencoba merasakan setiap terpaan angin di wajahku. Saat ini aku sadar, setiap desir angin, gerisik rumput, semak atau ricik air dipekerangan ini mengingatkanku pada Intan. Ah..berapa banyak waktu yang telah lewat. Selama ini, setiap kali sebuah gambar yang buram. Tetapi, tiap kali aku mencoba lari dari ingatan-ingatan itu, selalu suara-suara itu menarikku kembali. Tetapi…..tetapi kapan sebetulnya aku mengenal Intan? Sudah berapa lama? Dan apa yang ku ingat tentang saat itu?
Aku membuka mataku. Saat itu aku mengerti, meskipun suatu saat aku pernah merasa sangat akrab dengan Intan, sebenarnya kami tak dapat dikatakan dekat, atau setidaknya aku tidak pernah merasa dekat. Intan adalah sepupu teman akrabku Siska. Tetapi kami baru bersahabat empat tahun yang lalu. Hingga sekarang hanya sedikit ingatan yang muncul, dan sangat kabur, tentang saat-saat itu. Aku hanya mengingat kami pernah berlari-lari dipekarangan itu, atau mendaki bukit disamping pekarangan, lalu mengamati dedaunan yang jatuh berguguran saat musim kemarau. Atau sekali waktu, ketika langit penuh bintang dan udara tidak begitu dingin, bersama Siska kami duduk disamping kolam dan aku memainkan gitarku. Aku masih ingat kami bernyanyi bersama dan ketika itu kami menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita” dari Peterpan, Siska begitu merdu menyanyikan lagu itu, semua menjadi tenang seolah alam mendengarkan apa yang kami lakukan. Mungkin hanya ini ingatan yang muncul. Tiap kali mengingat, aku seolah merenggut kembali tahun-tahun yang lewat. Tahun-tahun yang lewat sesungguhnya menyimpan banyak ingatan. Tetapi ingatan demi ingatan akan mengabur karena waktu, dan hampir lenyap jika tidak ada ikatan antara hati dengan ingatan itu sendiri…….
Bersambung…………..
WIJA PKKMK Read more...
TERANG BULAN
Aku menatap langit malam ini. Dari tempatku, di pekarangan itu, aku menyaksikan langit memekar seolah kosong dengan warna yang buram. Malam telah larut, tapi bulan redup dan berwarna kusam. Disisi selatan tampak awan menggumpal bergerak lambat menutup langit, dan dari celah antara langit dan lekuk awan tampak cahaya samar seolah melapisi langit dengan bayangan muram.
Aku mengejap-ngejapkan mata, dan tiba-tiba saja mataku perih akibat terpaan angin. Pada malam menjelang musim hujan, seperti malam ini, cuaca memang cepat menjadi gelap. Anginnya bertiup lebih keras, dan dingin menyengat membuat suasana cepat berubah senyap. Sebetulnya cuaca malam ini tak berbeda dengan malam sebelumnya, tetapi entah mengapa saat ini aku merasakan hubungan yang senyap antara hatiku dan cuaca ini.
Perlahan aku memalingkan kepala,dari tempatku aku merasakan desir angin dan suara daun atau mungkin ranting menggesek udara. Aku juga merasakan gerisik semak yang renggang dan merapat, atau sesekali rerumputan mengombak. Aku juga mendengar ricik air dari kolam disampingku, dan dalam remang aku melihat jalan setapak yang senyap yang lenyap dalam gelap. Jalan setapak itu diapit semak-semak setinggi bahuku. Agak ke kiri tampak bukit dengan lekuk pepohonan yang menghitam. Lalu, dari arah rumahku, empat cahaya mengintip lewat tirai jendela, dan dalam kabut cahaya itu tampak suram.
Aku menarik napas panjang. Mataku lalu terpejam, mencoba merasakan setiap terpaan angin di wajahku. Saat ini aku sadar, setiap desir angin, gerisik rumput, semak atau ricik air dipekerangan ini mengingatkanku pada Intan. Ah..berapa banyak waktu yang telah lewat. Selama ini, setiap kali sebuah gambar yang buram. Tetapi, tiap kali aku mencoba lari dari ingatan-ingatan itu, selalu suara-suara itu menarikku kembali. Tetapi…..tetapi kapan sebetulnya aku mengenal Intan? Sudah berapa lama? Dan apa yang ku ingat tentang saat itu?
Aku membuka mataku. Saat itu aku mengerti, meskipun suatu saat aku pernah merasa sangat akrab dengan Intan, sebenarnya kami tak dapat dikatakan dekat, atau setidaknya aku tidak pernah merasa dekat. Intan adalah sepupu teman akrabku Siska. Tetapi kami baru bersahabat empat tahun yang lalu. Hingga sekarang hanya sedikit ingatan yang muncul, dan sangat kabur, tentang saat-saat itu. Aku hanya mengingat kami pernah berlari-lari dipekarangan itu, atau mendaki bukit disamping pekarangan, lalu mengamati dedaunan yang jatuh berguguran saat musim kemarau. Atau sekali waktu, ketika langit penuh bintang dan udara tidak begitu dingin, bersama Siska kami duduk disamping kolam dan aku memainkan gitarku. Aku masih ingat kami bernyanyi bersama dan ketika itu kami menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita” dari Peterpan, Siska begitu merdu menyanyikan lagu itu, semua menjadi tenang seolah alam mendengarkan apa yang kami lakukan. Mungkin hanya ini ingatan yang muncul. Tiap kali mengingat, aku seolah merenggut kembali tahun-tahun yang lewat. Tahun-tahun yang lewat sesungguhnya menyimpan banyak ingatan. Tetapi ingatan demi ingatan akan mengabur karena waktu, dan hampir lenyap jika tidak ada ikatan antara hati dengan ingatan itu sendiri…….
Bersambung…………..
WIJA PKKMK Read more...
Langganan:
Postingan (Atom)